- Back to Home »
- AGAMA DAN MASYARAKAT
Posted by : Praditya Ivan
Minggu, 10 Januari 2016
Mind Map
AGAMA DAN MASYARAKAT
Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan, tentang Tuhan
dan kesadaraan akan maut menimbulkan religi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal hal yang normatif atau menunjuk kepada hal hal hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan.
1. FUNGSI AGAMA
Untuk mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting yang harus selalu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian. ketiga aspek tersebut merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia.
Toeri fungsional dalam melihat kebudayaan pengertiannya adalah, bahwa kebudayaan itu berwujud suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan, niali-nilai, norma-norma, peraturan dan sistem sosial yang terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain, setiap
saat mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, bersifat kongkret terjadi di sekeliling.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana masalah fungsional dalam konteks teori fungsional
kepribadian dan sejauh mana agama mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya.
Kepribadian dalam hal ini merupakan suatu dorongan, kebutuhan yang kompleks, kecenderungan bertindak,
dan memberikan tanggapan serta nilai dan sebagainya yang sistematis.
Teori fungsionalisme melihat agama sebagai penyebab sosial yang dominan dalam terbentuknya lapisan sosial, perasaan agama, dan termasuk konflik sosial. Agama dipandang sebagai lembaga sosial yang menjawab kebutuhan mendasar yang dapat dipenuhi kebutuhan nilai-nilai duniawi.
Jadi, Seorang fungsionalis memandang agama sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengatasi diri dan ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan dan agama dipandang sebagai mekanisme penyesuaian yang paling dasar terhadap unsur-unsur tersebut.
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi sanksi sakral.
Fungsi agama dibidang sosial adalah fungsi penentu. dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota masyarakat maupun dalam kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka
Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia menjadi dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktifitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangannya
Masalah Fungsionalisme agama dapat dianalisis lebih mudah pada komitmen agama. dimensi komitmen agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan, Praktek, pengalaman,pengetahuan dan konsekuensi.
A. Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius menganut pandangan
teologis tertentu.
B.Praktek Agama mencakup perbuatan perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk
melaksanakan komitmen agama secara nyata.
C. Dimensi Pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu
D. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang - orang yang bersikap religius akan
memiliki informasi ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi keagamaan
mereka
E. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan
citra pribadinya.
2. PELEMBAGAAN AGAMA
Agama begitu universal, permanen (langgeng), dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak
memahami agama, akan sukar memahami masyarakat.
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan
sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954).
A. Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-Nilai yang Sakral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang
sama.Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah
sama.
B. Masyarakat-Masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang
Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi dari pada tipe
pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap masyarakat ini, tetapi pada
saat yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekular itu sedikit banyaknya masih dapat dibedakan.
Pendekatan rasional terhadap agama dengan penjelasan ilmiah biasanya akan mengacu dan berpedoman
pada tingkah laku yang sifatnya ekonomis dan teknologis, dan tentu kurang baik.
Bila sifat rasional penuh dalam membahas agama yang ada pada manusia, maka berarti bersifat
nonagama. Karena itu pendekatan dalam memandang agama hanya sebagai suatu
gejala (fenomena)
atau kejadian. Ilmuwan yang menganut pandangan ini, juga
akhirnya kecewa mengetahui adanya
manusia dengan sifat nonrasional mutlak atau
terus-menerus nonrasional.
Bermula dari para ahli
agama yang mempunyai pengalaman agama dan adanya fungsi deferesiasi internal
dan stratifikasi yang ditimbulkan oleh perkembangan agama, maka tampillah
organisasi keagamaan yang terlembaga dan fungsinya adalah mengolah masalah
keagamaan.
Masyarakat industri
bercirikan dinamika dan semakin berpengaruh terhadap semua aspek
kehidupan, sebagian
besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah
penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan-hubungan kemanusiaan sendiri.
Pada umumnya
kecenderungan sekularisasi mempersempit ruang gerak kepercayaan-
kepercayaan dan
pengalaman-pengalaman keagamaan yang terbatas pada aspek yang lebih kecil
dan
bersifat khusus dalam kehidupan masyarakat dan anggota-anggotanya.
Pernyataan diatas
menimbulkan pertanyaan, apakah masyarakat sekular akan mampu secara
efektif
mempertahankan ketertiban umum tanpa kekerasaninstitusional apabilah pengaruh
agama
telah semakin berkurang.